uyee
Tuhan Bersama Orang Berani . . !!!
Rabu, 25 Juli 2012
Kamis, 08 Maret 2012
Bahan-Bahan Pembuatan Sabu-Sabu
Sabu-sabu atau methamphetamines (metilamphetamine atau desoksiefedrin), disingkat meth, termasuk ke dalam jenis obat-obatan psikostimulansia dan simpatomimetik, sering disalah gunakan sebagai narkotika. Methamphetamines pertama dibuat di Jepang pada 1893 oleh Nagai Nagayoshi.
Bagaimana cara pembuatan sabu-sabu? Berikut adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sabu-sabu.
1. Korek Api
Fosfor merah yang terkandung dalam pentul korek api, jika dikombinasikan dengan yodium dapat menjadi zat yang disebut Hydriodic Asam, sebuah bahan baku methamphetamines.
2. Iodium
Iodium adalah racun yang berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar yang dapat mempengaruhi fungsi tiroid. Dibutuhkan hampir 4 botol yodium untuk menghasilkan 2-3 gram methamphetamine.
3. Drano
Drano biasa digunakan untuk menimbulkan korosi pada sampah yang menyumbat pipa air.
4. Minyak Rem
Ya, Anda tidak salah baca. Minyak rem sering kali digunakan untuk membuat methamphetamines.
5. Ephedrine
Selain membersihkan sinus, efedrin juga mempunyai efek melepas dopamin di dalam otak, yang membangkitkan sensasi kenikmatan seperti yang dirasakan ketika makan atau melakukan seks. Meskipun hal ini mungkin terdengar lumrah secara teori, namun simulasi berlebihan terhadap pelepasan dopamin secara buatan pada akhirnya akan menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan untuk menciptakan sensasi kesenangan secara alami.
6. Butana
Bahan bakar korek gas ini digunakan dalam proses memasak sabu-sabu.
7. Asam Klorida dan Natrium Hidroksida
Asam klorida ditemukan secara alami dalam usus sebagai bahan cairan pencernaan manusia. Jika tumpah pada kulit, asam ini akan benar-benar merusak hingga ke daging manusia. Dalam dunia industri, asam klorida digunakan dalam pengolahan kulit, selain itu digunakan pula untuk menghilangkan karat pada besi dan baja.
8. Ether
Biasa digunakan sebagai obat bius karena memiliki aroma manis yang dapat menghipnotis, sering kali digunakan sebelum operasi. Bahan ini angat mudah terbakar.
9. Amonium Anhidrat
Istilah “anhidrat” berarti tanpa air. Karena amonia yang kuat ini kekurangan air, ia akan mencarinya di mana pun dapat menemukannya, termasuk daging manusia. Zat yang sangat merusak ini digunakan dalam industri sebagai pendingin komersial dan pupuk kimia.
Ada beberapa resep yang berbeda untuk membuat sabu-sabu, tapi tentu saja tetap melibatkan bahan-bahan yang sangat berbahaya. Beberapa bahan lain yang digunakan untuk membuat sabu-sabu adalah baterai, pengencer cat, bensin, dan minyak tanah. Jika Anda mengenal seseorang yang menjadi pengguna sabu-sabu beritahukanlah hal ini kepada mereka.
Para pemakai hanya mengetahui cara menggunakannya untuk kepuasan diri sendiri tanpa tahu akan efek samping yang sangat berbahaya dari setiap bahan-bahan dasarnya. Mereka mungkin tidak tahu bahwa alasan tubuh mereka bereaksi seperti itu adalah karena diracuni secara harfiah dan dapat menyebabkan gejala kegilaan permanen dengan terus menggunakannya.
SETELAH TAHU, APAKAH ANDA AKAN TERUS MENCOBANYA???
Jumat, 17 Februari 2012
Kamis, 16 Februari 2012
Filosofi Pencinta Alam
Oleh : MBP/0910103/BM
Apa yang terbayang di benak kita ketika orang menyebut kata “ Filosofi Pecinta Alam” ?
- Apa itu Filosofi ?
- Apa itu Pecinta ?
- Apa itu Alam ?
Ada tiga kata yang terdapat di dalamnya yang memiliki arti masing-masing.
I. Pecinta Alam
Salam
Lestari…!! Teriakan yang sering kita dengar dan ucapkan dimana saja
yang merupakan salam persahabatan dari sekelompok orang yang dinamakan
pecinta alam.
Bila
kita mencoba mendefenisikan kosakata pecinta alam, amatlah sulit namun
arti itu lahir atas rasa dan kesepakatan bersama. Pecinta alm berasal
dari kata “cinta” dan “alam”. Cinta berarti kasih sayang dan alam
berate suatu tempat yang diciptkan oleh Tuhan YME, awalan “pe” berarti
yang melakukannya. Dari asal kata sekelompok orang yang memiliki rasa
kasih saying terhadap semua ciptaan Tuhan dan berusaha menjaga apa yang
diciptakan Tuhan tersebut.
II. Filosofi Pecinta Alam
Dari
waktu ke waktu konsep pencinta alam terus digarap dimana mereka atau
kelompok-keompok yang menamakan dirinya sebagai PA/KPA dituntut untuk
lebih mempertegas keberadaanya. Dalam kesepakatan bersama lahirlah
konsep tersebut dengan nama “Kode Etik Pencinta Alam” pada suatu
pertemuan antara seluruh pecinta alam Indonesia pada Gladian IV di Ujung
Pandang tahun 1974 dengan isinya :
- 1. Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam dan beserta isinya adalah ciptaan Tuhan YME
- 2.
Pecinta alam Indonesiasebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar
akan tanggung jawab kami kepada Tuhan, Bangsa dan tanah Air.
- 3. Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah makhluk yang mencintai alam sebagai anugrah Tuhan YME
Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan :
1. 1. Mengabdi kepada Tuhan YME
2. 2. Memelihara alam beserta isinya dan menggunakan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhan.
3. 3.Mengabdi kepada bangsa dan tanah air.
4. 4. Menghormati tata kehidupan yang berlakupada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dengan peradapannya.
5. 5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan asas pecinta alam.
6. 6. Berusaha saling membantu serta saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan.
7. 7. Selesai.
Dengan
adanya kode etik pecinta alam ini, tentunya seorang pecinta alam akan
sadar bahwa beban yang dipikul tidaklah ringan dan tidak hanya berkoar
mengproklamirkan diri sebagai seorang pecinta alam (PA), yang penting
unuk dicerna dan dipahami adalah seorang PA berusaha untuk menjaga dan
melindungi alam dari berbagai kerusakan dengan tujuan untuk pelestarian
dan itulah makna ritual dari salam lestari yang sering dikumandangkan.
Ada sebuah slogan yang disepakati menjadi slogan pecinta alam sedunia yaitu :
“Take
nothing but photograps, leave nothing but footprints and kill nothing
but times (jangan ambil sesuatu kecuali foto, jangan tinggalkan sesuatu
kecuali jejak dan jangan bunuh sesuatu di alam kecuali waktu)”
Sederhana
untuk sebuah slogan tapi fakta di lapangan berbicara lain dengan
tingkat degradasi alam, dari waktu ke waktu semakin meningkat.
Menjadi Pecinta Alam
Untuk
menjadi pecinta alam ada tahap-tahap yang akan dilalui, dimana tahapan
tersebut adalah proses alamiah yang terjadi pada diri seseorang yaitu ;
1. 1. Pengagum alam
Saat kita pernah terpana oleh keindahan alam atau keperkasaan alam, yang hanya dilandasi rasa suka.
2. 2. Penikmat alam
Pada
tahapan ini mereka mulai mencari keindahan alam itu dengan
berinteraksi langsung dengan alam, tanpa memperdulikan resiko untuk
mendapatkannya seperti mendaki gunung, menyelami laut, merayapi
tebing,menyusuri gelapnya gua dan sebagainya.
3. 3. Pecinta alam
Setelah
melewati tahap-tahap di atas, seseorang akan muncul dalam dirinya rasa
peduli dan kesadaran akan semua itu dan mereka patut dan seharusnya
untuk menjaga dan melestarikannya.
Peranan Pecinta Alam
Tingginya
laju kerusakan alam di Indonesia membuat sebagian orang tidak puas
dengan kondisi yang ada, maka menjamurlah KPA di Indonesia di era tahun
1970-1980 untuk menyuarakan kepedulian mereka terhadap kelestarian alam
dan lingkungan.
Untuk
mengakomodir keinginan menjaga dan melestarikan lingkungan maka
pemerintah melalui UU No.4 tahun 1982 memberikan izin pendirian Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dimana PA/KPA adalah salah satu cikal bakal
dari LSM ini.
Penutup
Memang
tidak mudah untuk menjadi seseorang pecinta alam yang selalu
memperjuangkan alam dan lingkungan karena tak jarang membutuhkan
pengorbanan moral dan materil, bahkan terkadang harus menyerahkan
kemedekaan diri sendiri untuk kelestarian alam dan keseimbangan isinya.
Seseorang
yang mencoba menanamkan dalam dirinya bahwa dia adalah pecinta alam,
tentu akan mencoba memahami apa makna yang tersirat dari unkapan pecinta
alam tersebut. Sulit memang untuk membuktikannya tapi tidak ada yang
mustahil, yang terpenting adalah kesadaran akan tanggung jawab dan
berusaha menjadi individu yang selalu peduli akan lingkungan hidup
dengan tindakan kongkrit.
Ketika air terakhir telah di minum
Ketika udara terakhir telah dihirup
Ketika ikan terakhir telah ditangkap
Ketika pohon terakhir telah diteban
Ketika itulah manusia sadar
Bahwa uang tidak bisa dimakan
Rabu, 15 Februari 2012
Kode Etik Pecinta Alam Indonesia
“PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA“
“PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR”
”PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA“
“PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR”
”PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA“
Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
Disyahkan bersama dalam Gladian Nasional ke-4 Ujung Pandang, 1974
Navigasi Darat
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah
Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari
permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi
tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete
Topografi.
Peta topografi adalah suatu
representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan
perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara
proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa
diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta
topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor
peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk
memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah
yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan
LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan
bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120°
32' 12" BT 5° 17' 14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis
(x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan
barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta.
Kedua sistern koordinat ini
adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan
sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana
atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di
peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus
jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat
tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan
kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid
Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis
jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic
North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang
ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan
tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi
bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US
- UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau
Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US
- UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau
Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara
UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara
Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara
garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi
(seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak
antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama
lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur
dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik
ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah
suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan
tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut.
Macam-macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk
memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia
maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan
rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U
menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di
atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000
dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur
berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk
semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000,
tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku
rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum
ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta
topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya
lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian
atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta,
utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan
bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal
di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca
pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
1. Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
2. Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
3. Gunakan kompas untuk melihat
arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang
kita gunakan sebagai patokan, atau belum
4. Perkirakan berapa jarak
lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan
mendaki ditempuh selama 10 menit.
5. Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
6. Perhatikan dan selalu waspada
terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan.
Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah
punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.
7. Panjang lintasan sebenarnya
dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat
garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala
peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan
kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan
diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan
panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau
membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting
berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada
koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni
agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Plotting koordinat T di peta
dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu,
kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke
T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur
derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah
garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah
putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke
T.
c. Interprestasi peta untuk
menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini
dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak,
sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis
kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
a. Kemiringan lereng + Panjang lintasan
b. Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
c. Keadaan cuaca rata-rata.
d. Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
e. Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461)
b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan
perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79".
Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila
di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya.
Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk
koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).
Sistem Azimuth adalah sistem
yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur
sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah
utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta
serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang
membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan
titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas <>
I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . " Menentukan posisi
dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik
orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita
harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di
lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
Tanda Medan : Gunakan tanda
medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll)
sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan
tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas
untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan
atau sungai yang kita susuri.
Taksir Jarak : Dalam berjalan,
usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan.
Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita
pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh
perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak
pasti.
+10' X 10' untuk peta 1 : 50.000
+ 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20' X 20'
disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa
(40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km
Jadi 20' pada garis sepanjang
khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta
skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga
dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I LBD peta 20' x 20'
skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal
ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis
pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4
bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm.
Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A,
B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai
ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).
Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang
melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian
pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs
bujur 0
b. Panjang dari Barat ke Timur =
46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah
barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48'
27,79" BT - (12° + 46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut
sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap
dibuat
Keterangan;
• Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh.
• Cara pemberian nomor adalah
dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1, 2, 3, , 139). Dari Utara ke
Selatan dengan angka Romawi (I, II, III LI).
• LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No.47/XLI.
• Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan garis mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.
c. Pada uraian diatas disebutkan
bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk
lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit
letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta
Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL -
A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan 0° 50'
Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut
terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta.
d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh
• Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12°= 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
• Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7°40' - 10' = 7" 30' LS
f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110° 28'BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah
• 110° 28' - 94" 40' = 15" 48'
• 15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)
• 60 + 7" 30' = 13" 30'
• 130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat Geografis
CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No.47/XLI - B
Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan. 1915
Posisi Sheet 47/XLI - B
1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79"
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52"
1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT
(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"
7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'
CARA II
Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39"
110° 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT
Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"
7° 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00".
Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI -B : 110° 28' 27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52"
74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30' sehingga didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932
Langganan:
Postingan (Atom)